A. Deskripsi
Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009)
menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan
pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan
salah satunya yaitu modelpembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Model ini pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model
Pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa
yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
B. Analisis
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
a. Sintaks
(Syntax)
Menurut
Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara rinci
dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah
1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada
fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah,
diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang
sedang disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada
kesempatan ini guru harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses
pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat
untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh
sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah
2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada
fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang siswa,
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok
disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang
disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya
kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis.
Kekompakkan kerjasama tim akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota
tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.
Langkah
3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada
fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase
sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh
informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya.
Langkah
4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor
kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok,
kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan
diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru
dapat memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria
seperti pada tabel berikut.
Kriteria
Penghargaan untuk Kelompok
No
|
Kriteria (Rata-rata Kelompok)
|
Predikat
|
1
|
X<15
|
-
|
2
|
15≤X<20
|
Kelompok Cukup
|
3
|
20≤X<25
|
Kelompok Baik
|
4
|
25≤X
|
Kelompok Sangat Baik
|
Skor
rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat
untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.
b. Prinsip
Reaksi (Principles of Reactions)
Prinsip
reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memberikan respon terhadap siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
peran guru adalah sebagai berikut.
a) Membangun
ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
b) Berperan
sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan
menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.
c) Harus
mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan
pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing untuk mencapai
tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa.
e) Memberikan
bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut dapat
berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.
c. Sistem
Sosial (The Social System)
Sistem
sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan
antara guru dan siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi
yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain.
Proses pembelajaran dalam model TGT lebih berpusat pada siswa (student
centered approach) karena siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang
dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan
sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok
dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru.
Dengan pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang
menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
d. Dampak
Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant
Effect)
0 comments:
Post a Comment